setelah lelah kita pulang ke masing-masing rumah
rumahmu dan rumahku yang cuma bersebelah
rumah kita hanya dipisahkan jalinan papan kayu
yang mengeras dan berubah jadi tembok batu
di depan rumahku kutemukan pohon mangga
yang berbuah meski tidak sedang musimnya
suatu saat nanti jika kau mampir, akan kugebyah
pohon itu dan kurebah segala buah yang belah
ingatkah dulu pohon mangga itu belumlah tumbuh
sebelum kau datang mengajakku melangkah jauh
melewati kelak-kelok jalan lika-liku luka yang penuh
hingga rupa-rupa pakaianku berubah warna lusuh
kini saat musim buah hampir tiba, kau belum juga
tiba di depan rumah untuk sekedar bertegur sapa
anehnya pohon mangga itu malah ranggas daunnya
hingga satu buah yang tersisa kumakan sendiri saja
maukah kau tahu bagaimana rasa buah sisa?
aduh, mampus, sungguh masam tidak terkira
tapi tetap saja kutelan sepotong demi sepotong
karena kutahu, air mata tidak bisa menolong
(2008)
Rabu, 03 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar